Posted on Senin, Maret 24, 2008 by
Donny
Mempelajari agama adalah suatu keinginan yang sangat besar
sejak saya kecil. Dulu, di Padang, sepulang sekolah, saya dikirim ke pengajian
di surau, belajar membaca dan menulis Al-Quran.
Ketika beranjak remaja, karena sudah terbiasa, maka
menghadiri pengajian selepas sholat magrib adalah menjadi makanan sehari-hari.
Saya senang mendengar cerita-cerita dari Ustad tentang kisah
para Nabi-nabi di jaman dulu, juga kisah Khalifah, sampai ke pengembaraan Islam
menguasai belahan Selatan Eropa.
Hal ini berlanjut terus sampai SMA. Bahkan ketika itu, sudah
tertanam niatan untuk meneruskan ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Sayang nggak tercapai, malah nyangkut di Teknik Mesin
Universitas Indonesia.
Namun, semangat belajar agama tetap disuburkan.
Di Kampus UI, mulai dari Salemba, terus ke Depok, sering
berdiskusi dengan teman-teman.
Banyak yang kami diskusikan. Namun ada satu hal yang
mengusik pemikiran saya yaitu pertanyaan tentang sejauh mana peranan Allah
didalam setiap pergerakan kita.
Apakah ketika kita berbicara, misalnya, apakah Allah yang
menggerakkan mulut kita?
Apakah ketika berlalri, Allah pula yang membuat kaki kita
berlari?
Jika jawabannya adalah ya, maka bisa dibayangkan betapa
“sibuknya” Allah melakukan hal itu pada semua umatnya, bukan cuma manusia, tapi
juga hewan, tumbuhan, angkasa luar, sampai ke Bintang dan Bulan serta Matahari.
Memang bisa saja orang bilang: “Bagi Allah hal itu sih
gampang saja. Allha maha besar”.
Tapi, saya nggak begitu puas dengan jawaban seperti itu.
Bagi saya, nggak seharusnya Allah bersibuk ria hanya
menggerakkan kaki kita, misalnya. Terlalu kecil pekerjaan itu bagi Allah Yang
Maha Besar.
Lalu timbul pemikiran, bahwa Allah telah menciptakan sebuah
sistem yang bergerak dengan sendirinya, seperti Robot misalnya, dan sudah
diprogram untuk melakukan sesuatu.
Ini saya juga nggak bisa memahami, karena jika demikian,
jika semua sudah diprogram, buat apa kita diberi Akal Pikiran alias Otak? Buat
apa kita bekerja jika semua sudah diatur: Rexeki diatur, jodoh diatur, maut
diatur, mau kemana sudha diprogram.
Alhasil, dua pemikiran diatas saya tolak mentah-mentah.
Allah memberikan Isyarat di Al-Quran pada surat Yunus Ayat
61 (10:61), yang artinya kurang lebih:
Kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur’an
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu
di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun
sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan
tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab
yang nyata (Lauhul mahfuz).
Ayat diatas mengatakan kepada kita bahwa Allah “menyaksikan” setiap detik dalam hidup kita, setiap langkah yang ktia lakukan, dan sekecil apapun perbuatan kita
Ayat diatas mengatakan kepada kita bahwa Allah “menyaksikan” setiap detik dalam hidup kita, setiap langkah yang ktia lakukan, dan sekecil apapun perbuatan kita
Dengan kata lain, Allah tidak “menggerakkan” kita dalam
setiap langkah kita.
Artinya bedakan?
Satu lagi dalam Surat Al-An’am ayat 59: (6:59):
Dan
pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak
jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).
Kedua ayat diatas sangat saya pahami dan yakini bahwa Allah
Maha Mengetahui apapun pergerakan kita.
But, still, it does not answer my curiosity. Tidak menjawab
keingintahuan saya.
yaitu: Apakah Allah yang menggerakkan tubuh kita dalam
setiap pergerakan yang kita buat atau lakukan?
Lebih jauh lagi, apakah Allah, dengan pemahamam bahwa segala
sesuatu telah ditulis dikitab yang nyata, lauhul mahfuz, sudah menetapkan
sebuah kejadian jauh sebelum kejadian itu berlangsung? Baik itu untuk urusan
Rezeki, Jodoh, Prestasi, Maut?
Sebagai contoh, ketika kita akan duduk pada sebuah ujian
umum misalnya, apakah Allah sudah mengetahui hasil akhir dari hasil test kita
itu, regardless apapun usaha kita ketika ujian?
Ketika kita interview untuk sebuah pekerjaan, sebelum kita
memasuki ruangan Interview, apakah Allah sudah mengetahui bahwa kita akan gagal
atau berhasil?
Ketika saya akan menulis ini, apakah Allah sudah mengetahui
apa yang akan saya tulis? Atau lebih jauh lagi, apakah Allah lah yang
menggerakkan tangan saya ini? Kalau misalnya saya berhenti menulis, karena
ingin membuktikan bahwa sayalah yang mengontrol diri saya, apakah berarti Allah
juga yang memberhentikan tangan saya ini?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang “running around” in
my head since I was young boy.
Ketika dulu, saat saya akan menyatakan Cinta kepada kekasih
hati semasa SMA dulu, saya bertanya apakah Allah sudah tahu apa jawaban si Dia?
Bagaimana kalau dia menolak, apakah Allah ayng menyuruh dia menolak saya,
misalnya?
Pertanyaan itu tidak terjawab waktu itu.
Dua puluh lima tahun setelah itu, saya baru menemukan jawabannya.
Setelah melalui ribuan kilometer, melalui sebuah proses
penemuan diri, saya akhirnya menemukan jawaban yang mengakhiri pencarian dalam
diri.
Untuk pertanyaan saya tentang kemampuan untuk melakukan
sesuatu, misalnya duduk, berdiri, menulis, berlari: Jika saya mampu melakukan
hal tersebut, lalu dimana peran Allah? Bagaimana cara Allah SWT ikut campur?
Jawabannya sebenarnya sangat sederhana ternyata, yang jika kita bagi ada 3
kemungkinan:
- Kita Memiliki kemampuan tersebut Tanpa Allah
- Kita memiliki bersama-sama Allah
- Kita Memiliki Dengan Perkenan Allah
Jawaban yang pertama dan kedua adalah SALAH, karena berarti
sebuah kekufuran, karena mengabaikan ALLAH dan memposisikan kita sama dengan
ALLAH, sesuatu yang nggak boleh. Jawaban yang terakhir adalah yang paling
benar. Hanya dengan perkenan ALLAH lah, yang memiliki diri kita sepenuhnya,
kita bisa melakukan hal itu. Jika Allah memberikan kemampuan itu kepada kita,
maka itu adalah Anugrahnya, rahmat nya. Tetapi jika dia mencabutnya, maka
ituadalah ujiannya.
DIA lah Sang Pemilik, pemilikan yang diberikan kepada kita,
dan DIA lah yang berkemampuan atas Kemampuan yang dikuasakan-NYA kepada kita.
Jatuh langsung saya bersujud kepada ALLAH mohon ampun atas pertanyaan tadi.
Lahaula walaquwwata illabillahi ‘aliyyil’adziim. Tak ada daya dan upaya selain
dengan izinnya.
Lalu bagaimana dengan kejadian yang akan terjadi yang sudah ditulis dilauhul mahfuz? Rezeki, Jodoh, Maut? Atau apakah ketika akan interview Allah sudah memutuskan kita akan gagal atau berhasil jauh sebelum kita memasuki ruangan Interview? Saya melihatnya bahwa apa yang dituliskan di lauhul mahfuz adalah sebuah kejadian yang baru akan terjadi atau kemungkinan akan terjadi, yang akan diberikan oleh ALLAH SWT.
Surat Al-Israa Ayat 30:
Lalu bagaimana dengan kejadian yang akan terjadi yang sudah ditulis dilauhul mahfuz? Rezeki, Jodoh, Maut? Atau apakah ketika akan interview Allah sudah memutuskan kita akan gagal atau berhasil jauh sebelum kita memasuki ruangan Interview? Saya melihatnya bahwa apa yang dituliskan di lauhul mahfuz adalah sebuah kejadian yang baru akan terjadi atau kemungkinan akan terjadi, yang akan diberikan oleh ALLAH SWT.
Surat Al-Israa Ayat 30:
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang
dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Melihat akan hamba-hambanya.
Surat Al-Anfal Ayat 53:
Surat Al-Anfal Ayat 53:
Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Dalam hidup ini, ada hukum sebab dan akibat. Sebab kita belajar, maka kita jadi pandai.
Dalam hidup ini, ada hukum sebab dan akibat. Sebab kita belajar, maka kita jadi pandai.
Sebab kita bekerja, maka kita mendapat rezeki.
Sebab kita jahat sama orang, maka kita pun dijahatin orang.
Surat Asy-Syuura Ayat 30:
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
Allah telah mengatur alam semesta beserta isinya ini. Mereka berjalan dalam aturan yang telah digariskan Allah. Jika kita menuruti aturan, Insya Allah, kita akan menuju kegemilangan.
Allah telah mengatur alam semesta beserta isinya ini. Mereka berjalan dalam aturan yang telah digariskan Allah. Jika kita menuruti aturan, Insya Allah, kita akan menuju kegemilangan.
Manusia diberikan akal dan pikiran untuk memikirkan setiap
langkah dan perbuatan, dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist Nabi
Muhammad SAW.
Kita diberi kebebasan memilih, untuk masuk syorga atau
neraka. Pilihannya jelas, konsekwensinya pun ada jelas pula.
Seperti pada surat Yunus ayat 61 diatas, maka Allah
memperhatikan dan mengetahui apa yang akan kita buat.
Distulah perlunya kita, disetiap gerak dan langkah kita,
senantiasa memohon bantuan dan pertolongan NYA, sehingga kita terhindar dari
kesalahan dan malapetaka.
Karena, pada surat AL-Baqarah Ayat 186:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.
Hanya Allah yang bisa menolong kita, bahkan ketika akan terjadi sesuatu yang buruk sekalipun.
Hanya Allah yang bisa menolong kita, bahkan ketika akan terjadi sesuatu yang buruk sekalipun.
Tentu saja semuanya nggak datang begitu saja. Ada
persyaratannya. Nggak mungkin kan kalau kita selama ini nggak kenal sama ALLAH,
terus tiba-tiba saja kita minta tolong.
Bisa-bisa Allah akan bilang begini: “Sia waang?” (dalam
bahasa Padang, ibarat katanya..)
Sehingga, perlu rasanya kita senantiasa berzikir, perbanyak
mengingat Allah, mengerjakan perintah NYA, perbanyak Sholat Sunnat (yang Wajib
sudah pastilah ya..), bezakat dan besedekah, menolong sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar